pagi itu kembali ia tarikan jemarinya, lukiskan tinta dan beberapa pikirannya ke atas putihnya papan. ia buat sarapan pagi untuk murid-murid cerdasnya. setelah perjuangannya menempuh berpuluh-puluh kilometer jauhnya dari tempat tinggalnya menuju tempat di mana sekarang ia bekerja. setelah sekian beratnya cobaan yang ia terima selama perjalanan itu. ya. ia sadar bahwa sekarang dunia yang ia tempati tak seindah dulu, tak senyaman dulu, dan tak bisa sesantai dulu. ketika ia bisa dengan mudah melaksanakan tahajud pada sepertiga malam terakhirnya. ketika ia bisa merasakan nikmatnya mengaji ta’lim ke sana ke mari baik pada ustadz umar faqihuddin, ngaji di tempat pak umar faruq, ataupun di pondok azzuhri.
sekarang yang ia rasakan adalah nikmatnya bekerja, nikmatnya menambah pengetahuannya, baik dengan mengajarkannya, ataupun belajar hal yang baru dari orang lain. ia sangat bersyukur karena caranya membantingkan tulangnya jauh lebih nyaman dibanding cara ayahnya, pikirannya. alhamdulillaah. namun begitu berat ia rasakan menggenggam bara api di tangannya. kadang ia lepaskan bara api itu ketika futhur menimpanya. walid tahu bahwa sekarang ia hidup di dunia yang penuh maksiat, penuh syahwat, dan tak sedikit fitnah. sering sekali ia berdoa memohon penguatan kepada Rabb semesta alam. termasuk pagi ini, juga tak jarang pagi-pagi yang lalu, ia melaksanakan sholat subuh pukul 6. sangat menyakitkan. tiap saat dalam jalannya ia temukan banyak sekali wanita bertelanjang ria di jalan. tanpa malu-malu mereka hamburkan aurat itu ke semua orang. walid benar-benar tak tahu seperti apa jalan pikiran mereka.
sekarang walid jarang sekali berolah raga. ia teringat ketika setiap ahad buta ia siapkan energinya baik dengan minum segelas madu dan susu, atau sarapan ringan. ia kenakan pakaian serba hitam kemudian meluncur ke pondok. juga ketika sepekan sekali ia bersama teman-temannya menuju mijen untuk latihan yang lain.
namun sekarang jarang sekali ia lakukan. teringat kembali apa yang disampaikan pak sofwan, salah satu saudaranya saat ini. “lid, kamu musti banyak-banyak istighfar.”
astaghfirullaah.. astaghfirullaahal ‘adhiim..
walid teringat kalau dosa itu tak hanya tercipta dari kegiatan maksiatnya. dalam beribadah pun ia juga bisa mendapatkan dosa. sholatnya yang sering molor, jauh dari khusyu’, bacaan alqurannya yang kadang ia merasa sudah benar, padahal dulu ketika ngaji alquran tajwid dan ta’limul muta’alim di pak umar, ia selalu dipesankan agar istighfar setiap kali selesai membaca alquran. jangan meremehkan alquran, bahkan harus wudhu dulu sebelum memegangnya.
astaghfirullaah.. astaghfirullaahal ‘adhiim.
walid harus bisa mengerti bagaimana ia bertindak di dunianya yang sekarang. benar. sekarang ia sudah tak lagi menjadi anak kecil. sedikit demi sedikit ia bangun dan pancangkan kembali pondasi-pondasi sampai mengakar. berbagai cara telah walid lakukan untuk membangunnya kembali. alhamdulillaah, beruntung ia dapatkan saudara baru di dunia barunya. ia juga pernah berpesan kepada ali, salah satu teman ngajinya dulu agar mengirimkan rekaman ta’lim ustadz umar faqihuddin melalui email. ia teringat, setiap kata yang keluar dari lisan beliau dapat membangkitkan kembali semangatnya, semakin menambah dekatnya dengan Allah. dan juga menyatukan sesama saudara seperjuangan walau bagaimanapun jalan yang mereka tempuh. karena beliau mencontohkan dengan hal-hal yang kecil dan dianggap biasa, namun itu terlupa. seperti makan dengan tangan kanan, baca bismillah dan duduk.
“ah.. kapan lagi aku dapat merasakan hal itu?” gumamnya. yang bisa ia lakukan adalah mendownload kajian-kajian dari alislamu.com. satu situs yang sangat terasa nikmatnya di tengah hiruknya dunia yang sekarang ia tinggali.
lid, apa kau belum sadar juga? kau tak sendiri sekarang.
“pak, sudah jam pulang..” salah seorang muridnya membuyarkan lamunannya.
“cepat sekali waktu berlalu?” alhamdulillaah..
dalam perjalanan pulang bersama salah seorang sahabatnya, mereka berbincang. subhaanallaah ada pengalaman menarik yang dapat ia ambil pelajaran darinya. pengalaman bahwa sulit dan kerasnya kehidupan saudaranya seperjuangan, saudara seiman, di dunia yang lain, jauh di negeri sana. astaghfirullaah..
rasa syukurnya semakin bertambah ketika ia dapat melaksanakan sholat jamaah di masjid yang selalu ia ingin kunjungi. beratus kali hanya lewat saja, dan isya’ ini walid dapat berjamaah di sana, shof terdepan pula. ia agak risih ketika saudara di sampingnya melakukan takbiratul ikhram yang berbeda, jauh dari biasanya. tangannya lurus kedepan dengan gerakan yang keras, kemudian mendekapkannya tepat di depan dadanya. sempat niat walid goyah, tapi langsung ia buang perasaan itu. ketika imam sujud, dan diikuti seluruh jamaah, barulah ia sadar bahwa ia berdosa. hatinya telah berprasangka. astaghfirullaahal adhiim.. ternyata fisik jamaah di sampingnya tak seberuntung walid. seketika itu juga dalam sujudnya, ia memohon ampun serta mengucap syukur yang sangat atas semua yang telah Allah Swt. berikan kepadanya.
kini perjuangan memegang bara api masih berlanjut dan akan terus berlanjut.
semangatlah walid!
kami masih ada berjuang bersamamu!
Allaahu Akbar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar