Selasa, 26 Februari 2013

340414 berkelana di ibukota

Ahad kemarin, aku dan pak every berkelana menembus kerumunan riuhnya ibukota. Bermula ketika kami melangkah pergi dari kelapa dua Tangerang, menaiki angkot kuning menuju islamic, lima ribu rupiah saja diberikan kepada supir angkot untuk kami berdua. Tidak lama kemudian, kami naik bis jurusan blok M. Itu adalah pul-pulannya, terminal paling terakhir. Di dalam bis itu tertulis dengan jelas tarif yang harus dibayarkan penumpang, lima ribu lima ratus rupiah. Ah, ini keterbukaan. Jadi ga harus bayar lebih. Ada acnya lagi. Sesampainya di Blok M, kami melanjutkan dengan berjalan beberapa langkah menuju terowongan untuk membeli tiket busway.
Coba tebak harganya? Murah banget, Cuma tiga ribu lima ratus rupiah saja kita bisa keliling-keliling kota Jakarta dengan senang hati.

Kondekturnya ternyata perempuan. Dahsyat deh. Oia, jangan sampai salah masuk ya, untuk bagian depan itu khusus penumpang perempuan, bagi kita yang laki-laki harus di belakang. Namun anehnya ada juga cewek yang duduk di belakang padahal kursi depan masih kosong. Sepertinya ia bersama pasangannya, pikirku. Aku tengok kanan kiri selama perjalanan. Seperti inilah kota. Aku sempat juga mengambil gambar di berbagai sudut baik pemandangan di dalam busway maupun di luarnya untuk mengetahui sampai di mana sekarang. Mungkin saat itu aku beruntung mendapatkan busway ber-ac kecil. Jauh tak sebanding dengan banyak orang yang ada di sana. Tak ayal, keringat pun bercucuran meresap ke jaket hitam yang setelah itu aku buka sedikit resletingnya. Di setiap pemberhentian ada tulisan yang menunjukkan tempat sekarang kita berada. Dan ternyata Stasiun kota tujuan kami adalah pul terakhir dari busway. Jadi kami sangat beruntung, dan tak kalah ketinggalan sabar juga karena menunggu lama banget sampai akhirnya muncul juga tulisan Stasiun Kota. Kami semua turun dan menelusuri lorong yang melingkar ke bawah. Di sana ada tiga seniman musik yang melantunkan beberapa tembang dan terus saja menyanyikannya dengan penuh jiwa. Benar-benar menghayati.



Karena hari masih siang, dan sebentar lagi waktu dzuhur tiba, kami melanjutkan perjalanan kami dengan berjalan kaki. Lumayan kan kalau bisa berjalan sampai beberapa langkah, malah di iklan itu katanya seribu langkah per hari itu sehat. Setelah keluar dari terowongan itu, kami naik ke atas dan kembali dari underground yang ramai. Di kiri jalan banyak yang berjualan ini dan itu. Mulai dari jam tangan, baterai hape, headset, buah-buahan, sampai makanan ada di sana, tepat di tepi para penarik angkot dan bajaj. Ya, bajaj. Kendaraan modifikasi vespa itu beroperasi di sini. Kalau dulu hanya bisa menonton serialnya di trans TV, sekarang langsung bisa melihat dengan mata kepala sendiri, dan ternyata sopirnya tidak segemuk Bajuri. Kami sempatkan makan siang di sebuah warteg di pinggir jalan. Di sini tujuh ribu rupiah itu mungkin dianggap sedikit sekali ya. Perjalanan kami lanjutkan kembali. Hanya beberapa langkah saja adzan dhuhur berkumandang. Masjidnya pun sangat dekat, hanya perlu menyeberangi lautan kendaraan yang berlalu-lalang kesana kemari. Sholat itu sangat nikmat. Tidak ada yang bisa menandingi kenikmatannya. Makanya aku sendiri sangat tidak nyaman kalau sudah waktunya sholat, tapi belum melaksanakannya. Fastabiqul khoirot yuk.. berlomba-lomba dalam kebaikan.
Kami sempat masuk ke Mall Mangga Dua, tapi sepertinya tidak cocok dengan apa yang kami cari. Kami hentakkan kaki kami lagi untuk beberapa langkah ke depan. Harco Mangga Dua. Ya, tulisan itu terlihat. Kami belok ke kanan. Seperti tahun lalu, aku tinggalkan lantai dasar dan memulai mengitari di dalamnya. Dan kami berakhir di GK komputer, masih sama seperti dulu, di depan lift, dan juga masih seramai dulu. Kami lemparkan pandangan kami ke beberapa kertas bertuliskan merk dan spesifikasi yang terpampang di atas. Menimbang, dan memilah, hasilnya sebuah keputusan yang pasti, karena spesifikasi dan budget di kantong sudah berkompromi dengan baik. Pak Every tidak goyah dan langsung menunjuk salah satu kertas. Tulisannya kira-kira begini. Asus x44h b940 dual core ram 2gb hardisk 500gb Rp3.450.000. murah banget ya? Di harco mangga dua juga aku membeli flashdisk 8gb vandisk yang harganya Cuma lima puluh ribu rupiah saja. Pengin juga kan? Kalau headset nyentel di telinga saja harganya mencapai tiga puluh ribu rupiah. Ngebass juga kok. Biasa ya, ga terlalu mahal.
Perjalanan pulang kami putuskan untuk naik angkot saja, lumayan lah, sekitar empat ratus meter daripada jalan kaki. Kondisi tubuh kami juga mungkin mulai ngedrop. Setelah hampir ke terowongan stasiun kota, aku mencoba menawarkan ide untuk naik kereta. Gimana rasanya ya? Naik KRL hanya dengan delapan ribu rupiah, kami beli yang commuter line. Katanya dengan tiket itu bisa ganti-ganti kereta juga gapapa.





Nah, yang salah adalah kami beli bukan yang ke Tangerang, tapi ke Serpong. Ini bisa jadi perlajaran yang berharga buat kita semua. Takira Tangerang itu ya Serpong itu juga, tapi ternyata juauuh banget. Sampai di stasiun Serpong masih harus nimbal-nimbal angkot. Pertama angkot hijau muda cleret putih, setelah itu sampai di pertigaan, ganti dengan angkot hijau lebih tua cleret putih, itu sampai gading serpong. Tapi karena ini sabtu malam, jadi perjalanan yang jauh itu bertambah terasa sangat lama.



Ada cerita menarik juga ketika menaiki kereta listrik. Dari Stasiun kota, kami ke Bendan, ganti kereta, kemudian harusnya sampai stasiun Tanah Abang kami pindah kereta lagi, tapi tidak. Kami masih saja tergiur dengan bersih dan nyamannya KRL ini, ada ac nya lagi. Baru pada stasiun Sudirman kami turun dan berganti kereta yang berbalik arah. 
Nah, pas di Tanah Abang kami pindah kereta jurusan Serpong.
Alhamdulillah, dengan sisa-sisa energi yang terpendam dalam raga kami, akhirnya kami sampai kembali ke Kelapa Dua sekitar pukul setengah delapan.

Pas aku melewati mushola Al Barkah dekat kosku, pas sekali adzan isya’ berkumandang. Astaghfirullaah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar