Ahad kemarin, aku dan pak every
berkelana menembus kerumunan riuhnya ibukota. Bermula ketika kami melangkah
pergi dari kelapa dua Tangerang, menaiki angkot kuning menuju islamic, lima
ribu rupiah saja diberikan kepada supir angkot untuk kami berdua. Tidak lama
kemudian, kami naik bis jurusan blok M. Itu adalah pul-pulannya, terminal paling
terakhir. Di dalam bis itu tertulis dengan jelas tarif yang harus dibayarkan
penumpang, lima ribu lima ratus rupiah. Ah, ini keterbukaan. Jadi ga harus bayar
lebih. Ada acnya lagi. Sesampainya di Blok M, kami melanjutkan dengan berjalan
beberapa langkah menuju terowongan untuk membeli tiket busway.
Coba tebak harganya? Murah banget, Cuma tiga ribu lima ratus rupiah saja kita bisa keliling-keliling kota Jakarta dengan senang hati.
Coba tebak harganya? Murah banget, Cuma tiga ribu lima ratus rupiah saja kita bisa keliling-keliling kota Jakarta dengan senang hati.
Kondekturnya ternyata perempuan. Dahsyat deh. Oia, jangan sampai salah masuk ya, untuk bagian depan itu khusus penumpang perempuan, bagi kita yang laki-laki harus di belakang. Namun anehnya ada juga cewek yang duduk di belakang padahal kursi depan masih kosong. Sepertinya ia bersama pasangannya, pikirku. Aku tengok kanan kiri selama perjalanan. Seperti inilah kota. Aku sempat juga mengambil gambar di berbagai sudut baik pemandangan di dalam busway maupun di luarnya untuk mengetahui sampai di mana sekarang. Mungkin saat itu aku beruntung mendapatkan busway ber-ac kecil. Jauh tak sebanding dengan banyak orang yang ada di sana. Tak ayal, keringat pun bercucuran meresap ke jaket hitam yang setelah itu aku buka sedikit resletingnya. Di setiap pemberhentian ada tulisan yang menunjukkan tempat sekarang kita berada. Dan ternyata Stasiun kota tujuan kami adalah pul terakhir dari busway. Jadi kami sangat beruntung, dan tak kalah ketinggalan sabar juga karena menunggu lama banget sampai akhirnya muncul juga tulisan Stasiun Kota. Kami semua turun dan menelusuri lorong yang melingkar ke bawah. Di sana ada tiga seniman musik yang melantunkan beberapa tembang dan terus saja menyanyikannya dengan penuh jiwa. Benar-benar menghayati.
Karena hari masih siang, dan
sebentar lagi waktu dzuhur tiba, kami melanjutkan perjalanan kami dengan
berjalan kaki. Lumayan kan kalau bisa berjalan sampai beberapa langkah, malah di
iklan itu katanya seribu langkah per hari itu sehat. Setelah keluar dari
terowongan itu, kami naik ke atas dan kembali dari underground yang ramai. Di kiri
jalan banyak yang berjualan ini dan itu. Mulai dari jam tangan, baterai hape,
headset, buah-buahan, sampai makanan ada di sana, tepat di tepi para penarik
angkot dan bajaj. Ya, bajaj. Kendaraan modifikasi vespa itu beroperasi di sini.
Kalau dulu hanya bisa menonton serialnya di trans TV, sekarang langsung bisa melihat
dengan mata kepala sendiri, dan ternyata sopirnya tidak segemuk Bajuri. Kami sempatkan
makan siang di sebuah warteg di pinggir jalan. Di sini tujuh ribu rupiah itu
mungkin dianggap sedikit sekali ya. Perjalanan kami lanjutkan kembali. Hanya beberapa
langkah saja adzan dhuhur berkumandang. Masjidnya pun sangat dekat, hanya perlu
menyeberangi lautan kendaraan yang berlalu-lalang kesana kemari. Sholat itu
sangat nikmat. Tidak ada yang bisa menandingi kenikmatannya. Makanya aku
sendiri sangat tidak nyaman kalau sudah waktunya sholat, tapi belum
melaksanakannya. Fastabiqul khoirot yuk.. berlomba-lomba dalam kebaikan.
Kami sempat masuk ke Mall Mangga
Dua, tapi sepertinya tidak cocok dengan apa yang kami cari. Kami hentakkan kaki
kami lagi untuk beberapa langkah ke depan. Harco Mangga Dua. Ya, tulisan itu
terlihat. Kami belok ke kanan. Seperti tahun lalu, aku tinggalkan lantai dasar
dan memulai mengitari di dalamnya. Dan kami berakhir di GK komputer, masih sama
seperti dulu, di depan lift, dan juga masih seramai dulu. Kami lemparkan
pandangan kami ke beberapa kertas bertuliskan merk dan spesifikasi yang
terpampang di atas. Menimbang, dan memilah, hasilnya sebuah keputusan yang
pasti, karena spesifikasi dan budget di kantong sudah berkompromi dengan baik. Pak
Every tidak goyah dan langsung menunjuk salah satu kertas. Tulisannya kira-kira
begini. Asus x44h b940 dual core ram 2gb hardisk 500gb Rp3.450.000. murah
banget ya? Di harco mangga dua juga aku membeli flashdisk 8gb vandisk yang
harganya Cuma lima puluh ribu rupiah saja. Pengin juga kan? Kalau headset
nyentel di telinga saja harganya mencapai tiga puluh ribu rupiah. Ngebass juga
kok. Biasa ya, ga terlalu mahal.
Perjalanan pulang kami putuskan
untuk naik angkot saja, lumayan lah, sekitar empat ratus meter daripada jalan
kaki. Kondisi tubuh kami juga mungkin mulai ngedrop. Setelah hampir ke
terowongan stasiun kota, aku mencoba menawarkan ide untuk naik kereta. Gimana rasanya
ya? Naik KRL hanya dengan delapan ribu rupiah, kami beli yang commuter line. Katanya
dengan tiket itu bisa ganti-ganti kereta juga gapapa.
Nah, yang salah adalah kami beli bukan yang ke Tangerang, tapi ke Serpong. Ini bisa jadi perlajaran yang berharga buat kita semua. Takira Tangerang itu ya Serpong itu juga, tapi ternyata juauuh banget. Sampai di stasiun Serpong masih harus nimbal-nimbal angkot. Pertama angkot hijau muda cleret putih, setelah itu sampai di pertigaan, ganti dengan angkot hijau lebih tua cleret putih, itu sampai gading serpong. Tapi karena ini sabtu malam, jadi perjalanan yang jauh itu bertambah terasa sangat lama.
Nah, yang salah adalah kami beli bukan yang ke Tangerang, tapi ke Serpong. Ini bisa jadi perlajaran yang berharga buat kita semua. Takira Tangerang itu ya Serpong itu juga, tapi ternyata juauuh banget. Sampai di stasiun Serpong masih harus nimbal-nimbal angkot. Pertama angkot hijau muda cleret putih, setelah itu sampai di pertigaan, ganti dengan angkot hijau lebih tua cleret putih, itu sampai gading serpong. Tapi karena ini sabtu malam, jadi perjalanan yang jauh itu bertambah terasa sangat lama.
Ada cerita menarik juga ketika menaiki
kereta listrik. Dari Stasiun kota, kami ke Bendan, ganti kereta, kemudian
harusnya sampai stasiun Tanah Abang kami pindah kereta lagi, tapi tidak. Kami masih
saja tergiur dengan bersih dan nyamannya KRL ini, ada ac nya lagi. Baru pada
stasiun Sudirman kami turun dan berganti kereta yang berbalik arah.
Nah, pas di Tanah Abang kami pindah kereta jurusan Serpong.
Nah, pas di Tanah Abang kami pindah kereta jurusan Serpong.
Alhamdulillah, dengan sisa-sisa
energi yang terpendam dalam raga kami, akhirnya kami sampai kembali ke Kelapa Dua
sekitar pukul setengah delapan.
Pas aku melewati mushola Al Barkah dekat kosku, pas sekali adzan isya’ berkumandang. Astaghfirullaah.
Pas aku melewati mushola Al Barkah dekat kosku, pas sekali adzan isya’ berkumandang. Astaghfirullaah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar